Persaingan Berujung Pacaran

Saingan Menjadi Pacar
Pagi yang icerah menyerupai hatiku yang bahagia penuh semangat.  Hari ini aku pindah ke sekolah baru. Saat ini aku duduk di kelas 2 SMK jurusan Keperawatan, saat itu akupun mengenalkan diriku kepada teman satu kelas, semua memperhatikan Ku kecuali satu orang perempuan hitam, kurus, tapi manis sih. akupun mulai dengan mengucap salam dan mengenalkan diriku.
"Perkenalkan nama saya Six, saya berasal dari pelosok desa, saya pindahan dari kota Ran*****pat"
Ada salah seorang teman kelas menanyakan "status apa?" Akupun menjawab "status saya siswa dan teman kalian mulai saat ini". Semua diam tidak tau apa yang dipikirkan mereka saat saya mengatakan seperti itu.
Saya dipersalahkan duduk di kursi depan  sebelahan dengan teman yang paling bandal di kelas. Awalnya sih nyaman duduk sebelahan dengan dia, tetapi semakin lama wujud aslinya terlihat. Tapi bukan dia yang akan kita bahas saat ini.
Di samping sebelah kanan meja aku adalah cewek cuek yang tidak melihat aku saat memperkenalkan diri di depan kelas tadi, setelah aku selidiki dengan teman-teman ternyata  dia juara kelas. Hemm... Saat itu aku Minjam catatan dia aku bertanya padanya tentang apa yang tidak aku mengerti, 1 bulan kemudian tempat duduk kami di pindah, aku duduk di belakang, tepat di belakang, saat itu kami mulai berkenalan langsung sebut saja namanya Gardenia. kisah inipun di mulai dengan rasa ingin tahu aku tentangnya. Aku yang berambisi untuk jadi juara kelas terus belajar setiap pelajaran, aku unggul beberapa pelajaran. 
Saat pelajaran yang bersifat berlomba kami menjadi lebih sengit, layaknya Jimmy Neutron dan Cindy Vortex, hari-hariku lebih bersemangat karena dia yang memiliki semangat juga yang cukup tinggi. Wanita pintar yang pernah aku temui.  Aku dan dia sering beradu argumen tentang pelajaran yang memang sama-sama kami kuasai, walau sering aku yang salah sih. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sering tarik bahunya dari belakang, aku panggil  lalu " ini ngerjainnya bagaimana" . Dia juga seperti itu sering memutar badannya dan bertanya padaku.  
Wanita memang sensitif sering ketika dia salah tidak mengakui kesalahannya dan terkadang karena watak aku yang lumayan kasar dia tersinggung dan diam tidak mau bicara padaku, tapi entah kenapa aku merasa terganggu saat dia diam, seperti ada yang kurang, seperti hampa. Pulang sekolah selalu aku mikirin dia kalau lagi marah, dan tiba-tiba cuek dengan Ku. Aku ingat saat wajah Ny marah dan memerah karena debat dengan Ku, nyaman saat mengingat senyumnya, kagum dengan sikap tegasnya, dan terlihat keren saat dia komitmen dengan prinsipnya.
Tanpa sadar aku merindukannya, dan terus memikirkannya, gelisah karenanya. Akupun bergilir panjang kenapa aku seperti itu apakah aku jatuh cinta padanya?. Padahal dia saingan aku di kelas walau aku anak baru pindah aku bisa menyainginya. Rasa aneh mulai terjadi, saat dikelas Ku coba meredakan marahnya, aku bersikap jujur padanya, aku mengatakan "jangan marah lagi, aku rindu kamu! Kamu tidak Merindukanku?" Dia tersenyum hangat padaku. "Aku tidak marah padamu. Aku cuma gundah pada hatiku!" Dia mengatakan itu dan pergi meninggalkan Ku tidak melihat ke arah Ku lagi. Aku bertanaya dengan teman dekatnya juga teman dekatku saat itu dia juga juara 2 dan 3 di kelas,  "Gardenia kenapa kok dia jadi dingin kali denganKu?".
Mereka marah padaku, "kamu tau tidak Gardenia sudah punya pacar"  itu menghempaskan seluruh tubuhku dan perlahan aku bernafas, serasa dada ini terhimpit oleh beban yang begitu berat. "Kitakan sudah pernah janji tidak ada antara kita  yang pacaran"  mereka mengatakan itu padaku, memang sewaktu aku pertama masuk dalam grup belajar mereka pernah terucap janji itu. "Maafkan aku hatiku yang menuntunku, dan aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku suka dia" aku menjawab pertanyaan mereka dengan berlahan dengan nada yang lembut dan sopan.
Jika aku menyerah aku bagaikan pecundang toh dia belum menikah, hari ini aku berniat berbicara dengannya lagi dan aku mulai dengan menanyakan beberapa pelajaran yang memang benar-benar tidak aku mengerti, tetapi  pertanyaan itu semakin mengarah ke hubungan ini. Akupun menanyakan hal-hal kecil, mulai sudah makan atau belum, Kalo di rumah ngapain aja, dan pada intinya aku mengatakan.
"Kamu hebat ya kamu pintar, juara kelas" aku merupakan orang yang jarang memuji siapapun, tapi entah kenapa aku memuji dia..
"Kamu juga pintar kok" (Gardenia)
"Tetapi aku tak sepintar yang kamu kira, saat ini aku suka dengan seseorang sering membantuku dalam pelajaran" (Six)
"Siapa?" (Gardenia)
"Kamu" (Six) akupun menggenggam tangannya dengan erat.
"Aamm.... A.. A...aku"
"Susstt... sudah jangan katakan  apa-apa aku mengerti kok posisi kamu Aku hanya ingin menyampaikan isi hatiku" (Six) dia menundukkan wajahnya
"Hey lihat  aku, jangan tundukkan wajahmu" aku menarik dagunya dan kudapati air mata yang mengalir di pipinya dan akan menetes di dagunya.
"Coba lihat tangan ini, jika hanya satu tidak kan bisa bertepuk, aku harap kamu mengerti" Tangisannya semakin menjadi-jadi dan tarikan nafas Ny mulai menyengat entah apa yang di rasakannya akupun tidak terlalu mengerti.
Aku menyanyi berharap ingin menghiburnya 
Ungu - dia atau diriku

Sungguh tak mungkin
Dalam kisah ini
Kita kan bersatu

Bila tak pernah
Ada perasaaan
Cinta seutuhnya

Kini akhirnya
Kau harus memilih
Dia atau dirku

Yang pantas mendapatkan
Pantas menjadi kekasihmu

Mungkin aku salah menyanyikan lagu lalu dia memukul dadaku,  dbagiku pukulan itu hanya sentuhan kelembutan  manjakepadaku.
"Kau menyiksaku"  Kilahnya padaku.

Masi berlanjut  pada tulisan selanjutnya ditunggu ya...
Jangan lupa Coment ya, demi masa depanKu jadi seorang penulis.
Terimakasi sudah berkenan membaca tulisan aku.
Baca juga yg lain ya...

Pagi yang Indah

Pagi yang Indah
Teman...
Aku menatap hari-hariku 6 hari beturut-turut dalam 1 Minggu, sampai 3 tahun. setiap pagi melihat wajahmu teman-temanKu di sekolah, setiap pagi aku melihat dia "Bunga" setiap pagi aku  menggoreskan tinta di buku ku, setiap hari mataku menyoroti indahnya hidup, indahnya ciptaanMu Tuhan, stiap pagi otak Ku menyimpan kejadian-kejadian yang menyenangkan itu. Pagi yang menyegarkan menghirup udara segar yang penuh dengan Oksigen membuat otak ku bekerja dengan sigap untuk belajar semua yang belum aku ketahui, pelajaran Nahu, SKI, Hadis, Bahasa Arab yang sudah menanti hari Ku.
Waktu itu adalah pagi terindah dalam hidupku, saat hujan deras mengguyur seluruh mataku memandang, membasahi seluruh pepohonan mengalir melalui dedaunan dan melintas di depan wajahku saat melihat wajah Mu  Bunga, yang begitu indah hingga tak sanggup ku tuk menutup mata untuk berkedip, membuat oksigen yang ku hirup semakin cepat, merasuk dalam paru-paruku, berjalan menuju jantung untuk dimasukkan ke dalam darah dan mengalir ke seluruh tubuhku. Aku sungguh menikmati hujan yang membasahi tubuhku, air hujan yang begitu banyak menyerbu bumi tak sebanyak Bunga yang sedang bermekaran di dadaku. Ingin Ku menghampiriku menjadi payung Mu di saat hujan membasahimu, dan memeluk saat dingin pagi dan hujan menyerangMu.
"Bunga semoga kamu bisa jadi kekasihKu" terbesit dalam khayalku.
Tapi apalah daya aku hanya anak yang bisa menulis dan tidak bisa berbuat apa-apa. Memandang indah wajahmu, merahnya pipimu, mempesona nya senyummu. Membuatku Taklukan tak berkutik.
Pernah aku mencoba agar terlihat keren di depan Mu dan sebelah aj pintar di kelas dengan mengerjakan soal-sal begitu cepat, walau tidak secepat si pintar di kelas yang aku kagumi dan sahabatku juga. Tapi percayalah bunga aku hanya menatapmu, inginku jadi ibu dari anak-anakku. Tanpa sadar aku tertawa dan di lihat orang-orang saat aku mimikirkan hal konyol seperti itu di umurku yang masih belia ini.

Perubahan hidup


Perubahan Hidup

Di dunia ini yang paling kejam adalah "waktu"
Waktu membuatku Takluk tanpa bisa berbuat apa-apa, waktu terus berjalan tanpa henti dan tidak kenal ampun. Waktu berjalan terkadang merubah semua yang indah menjadi kelabu seketika.
Ingat pesan kakek dulu,"Semua orang sukses dan orang yang gagal di berikan waktu yang sama" iya memang benar dari kata-kata itu. Aku mencurahkan semua kemampuan aku tetapi masi belum dapat lebih baik dari abang aku, aku seperti pecundang meminta uang terus-menerus setiap bulan demi orang tua aku, aku sudah mencoba berbagai hal untuk buat usaha, tetapi memang aku yang masi belum bisa memanfaatkan waktu seperti kata kakek.
Meminta uang dengan orang tua membuat aku malu untuk menunjukkan wajahku di depan orang tua Ku orang-orang yang aku sayangi. Apa yang harus aku lakukan? Aku seperti pecundang. Hanya menulis yang bisa aku lakukan. Mencurahkan pendapatku tentang kehidupan,
terbesit di dalam ingatanku sewaktu aku masih kecil saat aku bercanda dengan adik, dan abang Ku, tertawa, berantam, dan berjalan bersama. Semua berjalan begitu saja,  beban yang berat hanya sebatas soal matematika. Namun semua telah berlalu tertiup waktu dengan perlahan dan pasti. Mencengkram sepi tanpa mereka dan menemukan teman-teman baru.
Bertatap wajah pun terasa asing ketika lama tidak berjumpa dan tidak bisa mengungkapkan rindu yang dalam. Terkadang lelah kaki ini berjalan terlalu jauh, lelah merindukan, lelah ini terkadang menusuk peluhku. Di sana adik Ku berjuang kerja demi bertahan kuliah menjadi seorang guru, dan abangKu terus berusaha meringankan beban orang tua kerja di sebuah Cafe, tetapi apa yang aku lakukan, belum bisa berbuat apa-apa. Sempat Ku mencoba melakukan sebuah kegiatan yang begitu membuatku hanyut Menghayal sangat tinggi tanpa sadar sebenarnya aku hanya pemain baru yang di ujung tanduk menghadap jurang ke manapun aku bergerak. Per ahli mencoba untuk membuat suatu inovatif tuk bisa mencari uang, tapi sia-sia, pernah Ku mencoba menjadi sosok pekerja yang di pimpin di organisasi kampus dan bahkan jadi pemimpin, namun semua hanya membuat aku nyaman sesaat, dan beberapa pengalaman, namun tidak mengubah apapun.  Pernah Ku mencoba berjualan di pinggir jalan dengan etalase yang kecil dan sederhana, dan bahkan tidak membuahkan hasil hanya lelah yang Ku dapatkan, 1 hal yang membua aku bahagia menulis  dan mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa aku lolos satu kali. Tetapi aku masi belum cukup ilmu untuk terus bisa menulis, aku kan terus menantang waktu sampai saat ini aku menulis beberapa detik, menit, bahkan Jam.
Saat ini aku terpuruk dan abang akupun sudah tidak percaya lagi dengan Ku. Mungkin hanya satu yang ingin Ku katakan dengan dunia, jangan batasi kebahagiaan dengan uang, karena itu sangat menyakitkan. Aku ingin hidup bebas layak nya Luffy yang mengarungi lautan, aku akan tumbuh lebih, lebih, lebih, lebih siap menjalani hidup ini.


Terimakasi sudah berkenan membaca tulisan aku. semoga kelak aku bisa jadi penulis yang berguna bagi negri ini dan bagi orang banyak. Sesuai moto aku berguna bagi orang lain. Jangan lupa Coment ya, demi masa depanKu jadi seorang penulis.