Novel Part VI: Kehidupan Penjara

Kehidupan Penjara


            Sixma
                  Hari berganti hari, Bulan berganti bulan begitu terus berjalan kehidupanku di tempat gelap dan dingin ini. Dikelilingi dinding dan satu pintu keluar dan kamar mandi tanpa penutup toilet. Hari yang aku jalani bersama 6 orang dalam satu sel dengan luas 4x4 seprti ikan yang berbaris di pasar. Semua sakit yang sudah tak berasa lagi bagi tubuh yang tak bernyawa ini.
          Perkelahian selalu terjadi disini merebutkan tahta sebagai penguasa lapas di kalangan tawanan. Perkelahian yang tak jarang berimbas padaku. Genggaman tangan yang terbang tanpa sebab yang pasti sering menghampiri wajah dan tubuhku, kaki yang melayang keras ke wajahku, semua sakit itu sudah tak berasa lagi bagi tubuh tanpa nyawa ini.
          Aku berjalan menyusuri tangga gedung. Berjalan ingin mencari cara untuk mengakhiri hidup ini. Aku melihat perkelahian di tempat laundry Sel. Mereka menusuk salah seorang tahanan yang tak ku kenal dengan gagangan sendok yang di tajamkan. Aku hanya terus berjalan naik ke atap gedung. Mereka mendatangiku, memanggilku namun aku terus berjalan. Mereka mengejarku sampai ke atas gedung dan aku terus berjalan meluncur dengan sengaja agar aku dapat mengakhiri hidup ini, mereka hanya terbelongok melihatku melayang dengan bebas dari atas gedung.
Petugas langsung naik ke atas gedung dan melakukan introgasi pada mereka, mereka menuduhku membunuh orang yang telah mereka bunuh, mereka mengatakan bahwa mereka ingin menahanku dan aku berlari meoncat dari gedung. Kejadian itu membuat aku digelar sebagai si idiot bedarah dingin.
Pandanganku semakin kabur dan gelap secara perlahan setelah merasakan sakit pada sekujur tubuhku,kaki ku sudah tidak terasa lagi yang patah mengarah tepat berlipat ke perutku, tanganku sudah berbalik arah, seluruh wajahku dipenuhi darah. Itulah gambaran setelah aku meloncat dari gedung itu.
          Ternyata dengan kejadian itu orang-orang dengan kalangan lemah menggap aku orang yang aneh yang harus dihindari. Sebagian orang-orang yang kuat di sel ini ingin mngujiku terus memukuliku setiap mereka punya kesempatan. Penyiksaan ini terus berlanjut terhadapku sampai bertahun-tahun. Pembunuhan sering terjadi di neraka ini. Dengan berbagai cara yang mereka bisa lakukan.
          Berulangkali aku meloncat dari atas gedung lantai 2 namun aku tidak mati hanya mengakibatkan patah tulang dan beberapa luka pada tubuhku. Semua tidak berasa lagi. Sakit fisik yang aku alami hanyalah segelintir dari sakit yang telah ku alami menjalani hidup ini.
          Tahun berganti tahun namun aku tidak mati-mati ditempat ini, aku sudah tidak sanggup hidup lagi. Ketika hujan dan gemuruh berteriak tepat di atas kepalaku membuat seluruh tubuhku mengigil dan tak bisa apa-apa tetap terjadi padaku, namu tidak ada yang mempedulikanku, bahkan kadang teman satu sel merasa terganggu dan memukuliku agar diam.
          Enam tahun berlalu entah berapa sodomi yang terjadi padaku, entah berapa kali aku masuk ke dalam sel khusus sudah tak terhiung lagi, malam inipun aku berada di sel khusus yang nyaman ini tanpa pencahayaan hanya sedikit lobang yang digunakan pengawas sel untuk melihat keberadaanku.
          Malam mini aku terus berfikir kedalam kehidupanku yang kelam aku berharap tidak akan bangun lagi di esok hari, setiap hari, setiap waktu hanya kematian yang aku fikirkan. Teringat dikepalaku untuk menjadi orang lain yang bisa menghajar mereka, namun aku sadar aku tidak akan bisa seperti itu.
          Alpa
          “Gelap… gelap… gelap… aku berada di mana” gumam ku di dalam hati.berapa lama aku tertidur. Seluruh tubuhku terasa berat dan sakit. Apa yang telah terjadi di sini. Berdiripun terasa sakit. 
Kupandangin kiri dan kanan untuk memastikan keberadaanku. Semua gelap dan bau. Aku meraba-raba sekitarku dan terasa sangat dinin dan lembek. Ada sesuatu yang aku sentuh kemudian ku cium, oghh… sial aku memagang taik. Aku bergeser kea rah yang lain ternyata hanya ada dinding dan kotoran di tempat ini. Aku lihat ke belakang ada pintu. Akupun beranjak ke pintu untuk keluar melihat apa yang terjadi. Tetapi pintu ini terkunci.
Aku berteriak dari pintu untuk minta pertolongan. “Tolong-tolong, tolong buka pintunya” tidak ada yang mendengarkanku, mungkin sixma diculik dan minta pertolongan denganku, anak itu selalu lari dari masalah. Hanya itu yang terbesit dibenakku saat ini.
 “Semua lantai sangat kotor aku tidak bisa tidur, perutku lapar, aghh… sudah berapa hari sixma tidak makan, dasar bodoh, apa mungkin penculik ini tidak memberi makan.” Aku bergumam dalam hati memikirkan yang terjadi sebelum aku terbangun. Malam berlanjut dan aku terus berfikir apa yang terjadi pada kami.
Aku mendengarkan suara langkah menuju kearah aku berada “Wow ini dia aku habisi kau” aku bersemangat ingin member pelajaran pada penculik sixma. “Oke Semakin dekat semakin dekat” aku bersembunyi di bawah pintu sel tepat di bawah lobang kecil tempat pemantauan. Saat dia mendekat dan melihat kearah lobang ku culok matanya dengan jariku.
Seranganku meleset reflek dari orang itu sangat cepat ku lihat orang itu berseragam khusus, pasti orang ini penculik professional untuk mengambil organ orang culikannya terbesit di benakku.
“Hey kenapa aku disini?” aku bertanya padaorang itu.
“Kau mau mati Haaa…” jawabnya
“coba kalau kau bisa” aku memancing emosi pria itu.
          Pria itu membuka pintu dengan amarah yang menggebu-gebu. Setelah terbuka aku langsung menyerang lebih dulu dengan menendangnya. Namun tubuh yang buruk ini tidak kuat menedang dengan keras. Aku dipukul dengan tongkat. Aku tidak mau kalah dengan memanfaatkan kekuatannya sendiri hingga aku dorong kepalanya kepintu. Aku alri keluar namun kupandangin sekitarku banyak kurungan-kurungan, baru kusadari bahwa aku ada di penjara dan lencana yang dipakainya adalah lencana polisi.
          “Apa yang telah aku lakukan” dengan tubuh yang lemah ini aku berlari menuju ke pintu-pintu tidak ada jalan keluar dari sini. Di ruangan ini terbagi banyak ruangan kecil seperti yang aku tempati. Tetapi hanya sedikit penghuninya. 14 sekat ruangan kecil yang dihuni 7 orang. Aku berfikir jika mereka membantuku keluar dan mengalahkan polisi itu besar kemungkinan untuk kabur.
          Polisi itu semakin dekat meluapkan amarahnya, tubuhku bergerak sendiri menghindari pukulan-pukulannya, sambil melihat peluang untuk mengambil kunci pintu yang masih tertancap di pintu selku. Aku hanya bisa member beberapa pukulan padanya sedangkan dia sudah memukulku puluhan kali tetapi rasa sakit pada tubuhku tidak begitu terasa dengan pukulan tenaga sebesar seorang opsir.
          Perkelahian antara aku dengannya berlangsung cukup lama dia terlihat capek dan gerakannya melambat. Peluang ini tidak ku sia-siakan untuk mengambil kunci dan membuka sel-sel sebelahku.
          “Woy… woy… keluar-keluar” aku membangunkan mereka sambil membuka pintu. 7 ruangan itu hanya 4 orang yang keluar. Mereka langsung berinisiatif untuk menghajar polisi tadi. Mereka sangat bringas menghajarnya.
          “Bagus… Baguss… Hajar lagi, Ayolah kau bisa lebih baik dari itu, Hey Botak yang keres mukulnya, woy tolol itu HT nya nyala” aku mencoba untuk member mereka semangat, tetapi mereka sepertinya tersinggung dan melihat kearahku.
          “Apa ? hajar lagi terus kita pergi dari sini” aku mencoba merayu mereka. Mereka semeakin mendekat.
          “Kau pikir kau siapa mengatur aku?” salah seorang dari mereka menyentakku.
          “echh… Santai santai”
          “Aku dengar kau si Idiot berdarah dingin ya, boleh juga” dia menggertakku memberiku julukan cukup aneh.
“Idiot berdarah dingin Cuihh…” terbesit di hati kecilku
“Bukan Aku Pembunuh berdarah dingin” aku menggertak mereka balik.
Mereka mulai merasa kesal dengaku.
“Lihat-lihat dia menggunakan HTnya memanggil bantuan” ku lihat polisi itu memanggil bantuan. Aku lari setelah mengalihkan pembicaraan yang menyeramkan itu mencari jalan keluar. Aku menuju pintu keluar dari ruangan itu namun beberapa polisi bersenjata lengkap mngarahkan senjata api menyambutku membuka pintu.
“Angkat tanganmu dan berlutut” mereka menyeretku kembali kedalam sel, ku lihat mereka yang aku bebaskan tadi kembali kedalam sel dan pura-pura tidak tahu kejadiannya. Seluruh polisi itu menghajarku di dalam ruangan.
“Hey 200395 kalau kau bertingkah lagi abis kau” mereka menghajarku sampai beberapa tulangku sepertinya patah, telingaku berdarah, tubuhku memar, kaki ku patah. Walau tubuhku tahan terhadap serangan fisik namun tidak tahan dalam menahan serangan itu. Perlahan kesadaranku hilang.
Waktu berjalan namun aku masih belum bisa menggerakkan tubuhku, beberapa saat kemudian lobang kecil dibagian bawah pintu terbuka.
“Hey ini makananmu, apa yang terjadi tadi malam? Tidak biasanya kau bersikap seprti itu Dua ribu tiga sembilan lima” dia berbicara seolah-olah sudah memperhatikanku.
“Pak Tolong aku, ini hanya kesalah pahaman” aku merangkak menggeser tubuh dengan satu kaki menuju makanan itu. Lapar sangat lapar, mulutkupun sudah kering. Melihat hal itu polisi tadi membantuku duduk dan memberikan makanan itu ketanganku. Aku berfikir kalau dia adalah orang yang baik.
“Kau ingat aku? Hahh…. aku dpindah tugas ke sini karena memberontak melihat beberapa kasus yang tidak sesuai dengan prinsipku” aku tidak mendengarkan kata-katanya dan melahap makanan yang cukup lezat ini. Sebuah roti yang sudah hampir bercendawan dan kentang rebus yang cukup keras dan segelas air.
“Ehmm…” aku melahap makanan terburu-buru hingga keselek.
“Minum-minum pelan-pelan saja sixma. Sudah berapa lama ya kita terakhir bertemu, ehmm… 5 tahun owh enggak 6 tahun”
“Haahh abis, bro boleh aku minta makan lagi, lapar, lihat tubuhku semakin kurus ini”
“Iya Kau sangat kurus seprti tengkorak, nnti aja aku kembali jam 10 ya”
“ini jam berapa?”
“ Ini jam 8 pagi” jawab polisi itu.
“tubuhmu terluka parah nnti aku rekomendasikan untuk dirawat sekalian ya”
“Terimakasih pak” aku berteriak dalam keadaan duduk di dinding sel ini.
“Heyy… Panggil namaku saja”
“memang nama bapak siapa?”
“Rudi ingat Rudi sampai jumpa”
Tubuhku jadi lebih baik setelah makan, urusan perut memang sangat sensitive untukku “berapa lama lagi aku disini” aku mulai bergumamm di dalam hati.
Menunggu kedatangan polisi yang bernama rudi itu perutku kembali lapar sangat lapar.
“Hey sixma, maaf aku telat datangnya, tadi ada beberapa urusan yang harus aku urus” polisi itu datang kembali sambil membawa beberapa makanan.
“lelaki itu harus bisa dipegang omongannya pak”
“hehehe… tadi ada kejadian lagi bos penjara ini bertingkah lagi terjadi perkelahian antar kelompok” dia hanya tertawa setelah aku sindir seperti itu sambil memberi makanan.
“maksudnya bagaimana?”
“Kamu taulah di sel ini ada hokum rimba yang terjadi, siapa yang kuat yang akan mengendalikan para tahanan, antar kelompok itu saling berkelahi”
“aku juga mau jadi bos penjara ini” dengan lantang dan yakin aku mengucapkan hal itu seperti hal mudah semudah mebalikkan telapak tangan.
“Ehe… banyak omong kamu sekarang sixma, setelah ini kamu ikut aku ke ruang perawatan, anggap ini sebagai menebus kesalahanku waktu dulu”
“Tidak, ini tidak seberapa dibandingkan yang aku rasakan saat ini” aku menggertak polisi itu, aku tahu seorang polisi tidak akan berprilaku seprti ini kalau dia tidak melakukan hal yang sangat fatal bagi hidupnya. Memanfaatkan seorang polisi di dalam sel akan sangat bagus untukku.
“Beri aku makanan setiap hari, minimal aku tidak kelaparan disini baru aku maafkan kesalahanmu” aku dengan percaya diri seolah-olah tahu apa yang telah terjadi pada Sixma.
“Kamu mulai memarasku ya, Oke deal” dengan senyum dia mengatakan itu, iya aku tau hal semudah itu pasti dia sanggup melakukannya, bukan hal yang sulit bagi seorang penjaga penjara.
“Pagi, Siang, Sore, dan Malam harus ada makanan untukku” aku semakin menjadi-jadi memerintahnya.
“Tidak bisa, bagaimana kalau saat aku jaga saja, soalnya aku juga kerja SIP di sini jadi setiap aku jaga bawa makanan yang cukup kamu makan dan tahan sampai malam, bagaimana?”
“Oke Deal”
Ditempat yang lusuh ini aku harus kuat dengan tubuh yang kuat, karena itu aku harus mendapatkan asupan makanan yang cukup, aku akan melatih fisikku untuk siap ditempat yang menyeramkan ini, aku tidak ingin merasa terancam lagi.
“Kalau Aku tidak Berubah, Semua tidak akan berubah”

Aku harus bisa menaklukkan diriku sendiri setelah itu aku taklukkan para Napi di penjara ini.

0 comments:

Post a Comment