Novel Terbaru Part V: Persidangan Maut

Persidangan Maut
         
Hari ini adalah hari ke-10 aku di penjara. Hari dimana aku akan disidang dan adili atas semua yang bukan sepenuhnya salahku, penderitaan selama 10 hari di penjara membuat aku kepala ingin pecah. Membuat mata ini tidak sanggup berpejam sedikitpun, bukan hanya dizolimi oleh sesame penghuni penjara, tetapi beberapa polisi berprilaku tidak adil padaku, dan terus menekanku agar aku memberikan pengakuan.
Dua hari aku di introgasi dan tidak mengaku atas semua yang bukan kesalahanku, aku terus berkata sesuai kejadian yang sebenarnya, tetapi mereka terus memaksa agar aku mengaku.
Salah seorang polisi muda mendatangiku terlihat dari wajahnya dia pasti baru aja lolos dari polisi, kami berbincang sedikit. Dia menjelaskan kejadian yang sedang ku alami saat ini, dan aku mengakui kesalahan yang bukan aku lakukan. Semua kesaksian palsu wanita itu, dan kesaksian dari teman-teman ku sudah membuatku tak bisa berbuat apa lagi.
Aku sudah memahami kondisiku yang tidak berbuat apa-apa lagi dan sangat menyedihkan.
(Baca Part IV disini)
Dunia Hukum yang sangat mengerikan. mungkin ini adalah gambaran neraka di dunia ini, hari demi hari prilaku sodomi terjadi di dekatku,dan tak jarang mereka melakukkan prilaku biadap itu padaku. Baru 10 hari dipenjara membuat aku ingin gila. membuat aku tak bisa berfikir apa-apa selain melarikan diri dari masalah dari orang-orang biaadap itu, dan menyembunikan diri jika malam hari.
Dunia yang kejam ini yang membuat aku tidak makan beberapa hari, karena makanan yang terbatas, makanan yang dirampas. Baru beberapa hari aku dituduh melakukan macam-macam sampai aku di masukkan kedalam sel Isolasi. Sel yang kotor, bau, dingin, dan gelap. Tetapi ruangan isolasi tempat yang paling nyaman untukku dari perbuatan keji orang biadab itu.
Tempat yang nyaman untuk menghindari semua orang biadap dan keji di luar sana. Sel ini membuat aku tetap makan tidur dan merenung, tak ajarang aku merenungkan wajah Syafha yang sedang tersenyum. Merenungkan nenek bercanda padaku, dan merenungkan mandi di pantai bersama teman-temanku.
Persidangan akan berlangsung pada jam 10 pagi, aku tidak mau terlihat menyedihkan di depan nenek, aku membersihkan tubuhku dan berpakaian rapi. Smoga dengan tampilan seperti ini nenek tidak berfikir aku di siksa di dalam sel, namun saat aku mandi di kamar mandi bebrapa laki-laki biadap itu datang lagi, melakukan hal yang biadap itu kepadaku.
Sakit yang bukan main dari duburku, membuat aku sulit untuk berjalan seprti orang normal, aku sangat-sangat tersiksa disini. Aku selalu berontak dan melakukan berbagai cara untuk melawan mereka tak jarang aku memukul mereka dengan benda tumpul, dan saat malam hari aku ingin membunuh mereka saat tidur agar aku berada di sel isolasi untuk selama-lamanya.
Sakit pada duburku masih terasa sampai saat ku menuju tempat terdakwa, jangan kan bejalan, berdiri, dudukpun masih terasa sakit. Namun saat aku meliha nenek aku terus memotivasi diriku agar bersikap tegar walaw hanya di depannya.
“Dasar Pembunuh” salah seorang meneriakin aku, aku melihat wajah itu taka asing. Aku mengingat wajah itu. Wajah wanita yang ingin kami selamatkan, dia seperti melakukan drama korea karena suaminya yang meninggal, dia mengeluarkan air mata palsunya di depan dua orang tua yang ada didekatnya.
Persidangan berjalan lancer karena aku mengakui perbuatanku, namun tiba-tiba nenek jatuh pingsan mendengar pengakuanku. Keadaan di pengadilan mulai kacau aku lari menuju nenek dan melpmpat dari meja persidangan untuk melihat nenekku.
“hah hah ha… nenek… nenek… tolong nenek ku” aku tidak bisa mendekati nenek ku tiba-tiba 3 orang polis yang berjaga langsung menangkapku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan pengacarapun aku tak punya. Tangan ku mengarah pada nenek dan berharap menyentuhnya, memegangnya, menenangkannya. Aku berontak agar bisa menuju nenek. Namun apa daya 3 orang polisi yang berjaga ini sangat kuat dibandingkan aku.
Aku terus berontak agar bisa menuju nenek, ku jatuhkan badanku dan menggawang menuju nenek, namun mereka menarik kakiku menjauhkan aku dari keramaian yang mendekati nenek. Aku terus berusaha mendekati nenek dengan menggawang. Sampai akhirnya pengacara dari wanita itu memohon pada hakim agar aku bisa melihat nenek.
“Nenek bangun nek… bangunn… aku di sini nek, maafkan aku nek” ku peluk tubuhnya yang semakin kurus dan matanya cekung, sepertinya nenek sudah tidak makan beberapa hari memikirkan aku. Nenek meninggal Sekali lagi aku melihat orang yang aku sayangi meninggal teepat di depanku. Semua ini seperti mimpi, aku menjerit minta tolong belas kasihan dari orang-orang yang ada di sana, aku jadi bahan tontonan bagi mereka,namun apa daya nenek sudah tiada.
Persidangan terus berlangsung beberapa menit dan aku terus menangis nenek. di bawa Ambulance dari ruang sidang, aku di jatuhi hukuman 12 Tahun penjara karena tuduhan pembunuhan.

0 comments:

Post a Comment